"Tepatkan Nalar, Naluri, Nurani"
mewakili mereka Bersama Si Putih
1st Published: May 31, 2016 9:55 PM
1st Published: May 31, 2016 9:55 PM
Thoughtful
Ketika Lavender bertemu Rose,
Kawan tak lagi berselimut lawan,
Bersatu padu menggerus sangkal peluh si buntu.
Cahaya Dart siap menyingkap buram bayangnya,
Tetap pahami aturan dasar melemparnya,
Terapkan ia dengan logika dan nurani terbaiknya,
Tak mungkin ragu melaju tepat ke titik termerahnya,
Itikad baik 'kan temukan arah jalan terbesarnya.
Putih!
~~▪~~
Tercubit Balas Cubit Sehalus Mungkin
Apakah itu terdengar sadis, licik atau culas?
Padahal nyatanya jauh!
Bukan begitu yang ku maksud!
Inginku terangkan lebih rinci
Tetapi sepertinya tak perlu lagi
Sudah banyak kode baik yang telah ku kirim
Jika masih disalah arti, biarkan saja
Lelah mendetail arti berbingkai makna
Penat menyorong data beserta berita
Capek mengurai opini tergabung fakta
Aku bukan tipikal penyerang tanpa diserang
Kalaupun ku diserang bukan urat leher yang akan balik menyerang
Mending saja ku bangun pondasi berbenteng baja sebagai sarang
Bila benteng terus tergoyang oleh tantang
Majuku lantang, menyerah pantang
Sehalus pipi setajam peniti
Jangan kesal melupa muasal nanti
Ilmu lama bercampur baru tak mungkin mati
Rima-ku mantap buatmu tergagap
Oye....
~~▪~~
Hey Kamu!
Aku bisa rasakan kalimahmu itu untukku
Tanyaku dan nyataanku seolah kamu jawab dengan argue-mu itu
Langsung tak langsung tetap saja hatiku langsung tergetar olehmu
Sebagiannya sangat menakjubkan
Itu yang ku butuh sebagai pengaruh
Rasional Realistis dengan segenap jiwa matangmu
Tetapi sebagiannya lagi sungguh ku takuti
Membuatku bertanya, Umurmu berapa?
Kamu bilang Aku ini palsu dan imitasi
Aku tanya: Apa Kamu sudah cukup tulen?
Kamu bilang Aku ini pembohong besar
Aku tanya: Apa Kamu pernah sakit oleh kebohonganku?
Kamu bilang Aku ini penipu ulung
Aku tanya: Apa Kamu pernah rugi oleh tipuanku?
Kamu bilang Aku ini pengompor terselubung
Aku tanya: Apa Kamu seorang ahli? Mana analisis logismu?
Tak perlu sejauh itu dalam menilaiku Kawan!
Ranah pribadi biarlah tetap pribadi
Kanal personal biarlah tetap personal
Ruang privasi biarlah tetap privasi
Bila Kamu bilang Aku telah menghancurkanmu
Mohon ingat lagi, siapa yang terdahulu hancur
Aku atau Kamu? Pasti Aku!
Bila Aku ter-khilaf saat ku larut pada perasaan diatas logika
Itu hanya akan menjadi sisi minus-ku dimata orang-orang terdekatku
Kamu tidak termasuk yang dekat, sama sekali TIDAK!
Bila Aku menuruti imajinasi liarku kala ber-hobi
Tolong jangan hubungkannya dengan pemanfaatan situasi apapun
Boleh tanya kawan-kawanku, tidak sedikitpun ku poroti mereka!
Aku benci pada penindasan dan ancaman berlebihan
Bisakah kamu telusuri apa penyebabnya?
Mengapa Aku tak mau menghadapinya "lagi"?
Bagaimana caraku melewatinya?
Tanya kenapa!
Bukan hal baru, tapi bukan berarti ku jadi imun dan kebal
Tetap saja ku akan kembali sedih
Tetap saja ku akan kembali menyendiri
Tetap saja ku akan kembali menumpahkannya
Namun;
Catat satu hal! Aku Manusia pembelajar
Tangis hari ini pastilah berbeda dengan tangis kemarin
Semakin ku lewati semakin tegar, semakin pula ku peka dan waspada
Bukan paranoid atau berlagak bijak;
Ini hanya.... percikan naluri dalaman;
Tidak semata-mata Animal Instinct atau Instinct Animal
Eh..
~~▪~~
Mewakili Kalian
Ku lihat kalian terseok menengok ke pojok
Ada pasrah nan memerah tersirat di wajah
Ku tahu kalian muak namun tak mampu mengelak
Para pembakar menjajah melenggok berkilah
Ku baca rintih menusuk lirih
Menguak tindak tatap terselak
Senggol sentil tukil menyempil
Mengapa berujung sumbat tak kunjung merapat
Ku terka itu semua akan percuma
Gerombolan jahat itu jago meracau jua mengampu
Cerdiknya kancil pun tak mampu mengakali taliannya
Tak satupun mendengar tak pula lancar saat mengajar
Yang tinggal hampa memendam amarah yang tak tercurah
Bolehkah Aku bantu kalian dengan caraku?
Perantara antara Kalian dengan Mereka?
Sekaligus ku selipkan kegundahanku juga?
Meski Aku tak suka bersekutu
Tapi ku sedikit paham apa yang di tuju
Akan ku basuh perihmu dengan manisnya saripatiku
Ya, untuk kalian, Karena kita sama
Ku juga rasakan apa yang kalian rasa
Sakit tak berjangkit namun goresnya serupa tak sanggup ku ungkit
Itu....
Sudah ku terbitkan variasi suara kita di rumah produksiku
Sila cermati kalau-kalau ada yang kurang
Memang tak langsung tersampaikan
Namun pastinya, akan tepat pada sasaran
Hembusannya 'kan tiba di landasan akhirnya
Mereka akan menyadari selama Panca Indera-nya masih ada
Jika tidak ada lagi?
Hentikan semua harapan itu
Ia menjadi kosong yang siap menghantam tong
Kepunyaan siapakah tong itu?
Entah, mungkin milik mereka
Biarkanlah dibunyikan dengan nyaring
Kita diam dulu sambil menelaah lengking makiannya
Hingga nanti spirit kembali berpacu
Mari bangun harapan baru
Di luar campur tangan para pengacau
Aku, kamu, kalian, berhak bersinar dengan sederhananya kemilau
Para penyayang akan terpukau
Para pengiri akan tersilau
Cling cling cling..
~~▪~~
- Kalau kamu tak dapat memahami orang lain, tolong jangan menghujat atau menghina orang lain.
- Kalau kamu sudah punya banyak pegangan dan pengalaman jalanan, dijamin kamu bukanlah dia yang suka mengomel tanpa dasar kokoh begitu.
- Kalau kamu punya hati, mohon sayangilah Aku, eh, maksudnya sayangi sesama makhluk hidup dan sekitarannya.
Air tenang menghanyutkan vs Air beriak tanda tak dalam
Ku kutip banyak hikmah dari "pertandingan" itu.
■ Go with the (right) flow ■
■ Go with the (right) flow ■
Yeiyea.
Thanks For Stopin' By My Blog
Kategori:
Digital,
Fotografi,
Prosa-Puisiku