Halo Dear sweethearts, waktunya nyeleneh lagi dengan 3 jenis tulisan dalam 1 postingan. Yuk mari di~ikuti eh di~simak dan di~pantau .. ^.^
[Bagian "selip sedikit" dipindahkan ke Dulu "iya", Sekarang "tidak"]
Chit-Chat (Anda dan Saya)
Anda: Ada apa lagi denganmu? Ngoceh terus, cari panggung? cari perhatian?
- Saya: Waduh, maksudmu aku sedang "trying to impress" peeps gitu?
Anda: Lha kok malah balik nanya, iya maksudku kamu lagi caper ya?
- Saya: Terlalu telat kalau aku caper sekarang, mestinya dari awal, kan?
Anda: Kenapa dulu tidak caper?
- Saya: Tanpa perlu cari perhatian pun aku sudah diperhatikan kok, haha.
Anda: Yakin?
- Saya: Enggak sih :D
Anda: Beuh, berarti kamu cuma ge'er sendirian dong? Merasa diperhatikan padahal tidak.
- Saya: ho'oh yo'i ye'a ya ^_^
Anda: Ah kamu berlagak tersenyum tapi menangis, tatapan matamu soalah kosong namun penuh kepiluan. Jangan munafik, luahkan saja, singkirkan bom waktu itu.
- Saya: Sudah sering ku luahkan semua, tapi selalunya banyak orang yang misunderstanding, ujungnya mereka misleading, dan akhirnya miscommunication.. #Eh(?)
- Saya: Haduh, jangan pakai bahasa elite dong, nggak ngerti niih :p
Anda: Pura-pura oon lagi. Nanti jadi bloon beneran baru nyesal kan..
- Saya: Doa-mu nggak asyik tauuuu! Kalau menasihati atau mengingatkan tu mbok yang lurus dikit napa..
Anda: Oh, jadi itu masalahmu?
- Saya: Enggak juga, eh, mungkin ding :D
Anda: Jadi kamu siap jika pengunjung yang dulunya mengagumimu kini menjauh bahkan membenci?
- Saya: Siap nggak siap ya harus siap. Memang ini jalan yang aku pilih untuk saat ini. Toh semua yang kuhentikan itu adalah hasil usahaku sendiri, tak ada beban jasa orang lain di dalamnya. Wait, kecuali dari para pemberi saran dan artikel berisi yang ku temukan lho, aku tetap berterima kasih sama semua.
Anda: Lho, kamu mau menang sendiri dong kalau gitu. Sama saja seperti blogger kacangan. Kamu rela dianggap begitu?
- Saya: Coba baca puisi "biasa ajah" aku di bagian bawah. Ada sedikit jawabannya. Eits, tapi bagiku puisi dan semua karya ku selalu keren kok, hihihihi.
Anda: Kamu "merendah untuk meninggi", biar seperti roket. Begitu?
- Saya: Hah? Sesempit dan Sedangkal itukah terkaanmu? Dengar, aku termasuk orang dangkal dalam hal emosi, kadang ada saatnya aku sempit dan malas mikir. Ketika berada di fasa itu, aku akan menghindari semua yang berat. Tapi tak kusangka bahwa kamu lebih dangkal dari aku, kasihan .. uuupppsss, kabuurr, xixixi
Anda: Asem kamu, aku ini orang tersabar dan paling terbuka pikiran. Makanya aku bisa tetap tenang menghadapi kamu yang payah ini. Wkwkwk.
- Saya: Kamu juga Aseeeemmm. Eh tunggu, kamu cewek atau cowok sih? Aku suka orang yang bisa sabar saat menghadapiku. Kalau kamu cewek, kita sahabatan yuk, aku punya teman lain yang asyik juga. Kalau kamu cowok, sudah ada yang punya belum? Eeehhhh? :D
Anda: Jiaahhh, Mbak Admin mulai agresif, nembak cowok duluan. SARU tuh, tak boleh, Kartini orangnya kalem.
- Saya: Weleh, ini nih, lagi-lagi kamu dangkal melibihi dangkalnya aku. Kayak dulu aku pernah bikin status untuk si Mbah, persis seperti itu, padahal itu cuma gimana gitu, malah dikira yang kagak kagak. -__-
Anda: Lah memang begono keadaan di lingkungan kita. Apalagi nama blognya begitu, makin buruk konotasinya.
- Saya: Nah kan, tambah satu lagi kedangkalannya. Males ah. Bye. Close the line deh.
Anda: Duh ngambek lagi. Udah tuwir masih kayak anak remaja.
- Saya: Ahaha, tua? Ya deh, memang, makanya aku begini, katro dan kuper ya?
Anda: Sudah sudah. Kita khilaf sama-sama dangkal, sekarang perluas lagi yuk.
- Saya: Iya ya, okelah, lupakan kerikil kecil tadi. Mau ngomongin apa lagi?
Anda: Iya, tadi kita sotoy - sok tau, berlagak tahu abiez, sekarang ngomong status baru di medsos, itu maksudnya apa? Katanya tak mau bikin review yang unfair?
- Saya: Oh yang "True Love" ya? Itu kan bukan review, tapi fact-check, eh maksudnya fakta ungkapan kerinduan :D
Anda: Apa bukan menyindir?
- Saya: Sindir? Sarkas? Satire? Enggak lah, eh dikit sih. Tapi nggak ngaruh kok, tak akan ada yang mau mendengarkan aku. Mereka pasti anggap itu sebagai angin lalu yang bau dan cuma timeline tidak penting. Makanya cuekin saja semua statusku, tak usah ambil pusing.
Anda: Lho kok jadi nekat gitu? Kalau semua suara di tulisan dan gambar kamu tidak didengarkan oleh siapapun gimana? Apa nggak sedih?
- Saya: Ya pasti sedih banget lah. Tapi sudah biasa, biarlah. Walau nanti balik lagi sedihnya pas mau tidur. Hihi.
Anda: Kamu yang sabar ya. Aku tahu sebetulnya kamu sering ketus demi menyasar beberapa "oknum" yang duluan mulai, tapi karena tidak disebutkan detail identitas dan semacamnya, maka pembaca sering salah paham. Malah menganggap itu sebagai nyinyir atau sebuah Empty Imagery atau bualan kosong. Macam tu, kan?
- Saya: Waaahh, akhirnya kamu ngeh. Dengan demikian, aku pastikan kita bakal berteman lama. Seperti kebanyakan kawan-kawanku. Meski ada ON/OFF, karena aku selfish, (maaf Dears), tetap saja saling ingat saat terhubung lagi. Kamu mau jadi temanku?
Anda: Siip, pasti lah. oops low-batt, nanti lanjut lagi. Ya? butuh istirahat.
- Saya: Oke, selamat bersantai. Ctrl+S your number ^.^
My Marshmallow (MM)
MM,
Aku kaget lho. Beberapa hari yang lalu kamu muncul dan langsung menetap didekatku. Setelah makan tahun sejak memilikimu, mengapa kamu baru datang di kala ini? Kemarin-kemarin kemana? Belum tiba waktunya?
Tapi, aku tetap senang, walau mungkin bagimu ini tidak ada apa-apanya, bagiku ini sangat besar. Aku.......... terharu, karena......... kamu punyaku.
MM,
Kamu pasti tahu bahwa aku punya cinta pertama. "First Love". Ya, frasa itu identik dengan cinta sepasang kekasih. Entah itu pacar pertama, atau pertama kali jatuh cinta.
Namun bagiku frasa itu masih bisa dipergunakan untuk menyebut berbagai macam hal lainnya. Misalnya: phone pertama, gaji pertama, kendaraan pertama, dan banyak lagi. Atau, bisa juga untuk yang paling membekas di hati. Special Things gitu deh ceritanya.
(Cellphones, mobilephones, handphones, smartphones, apa lagi istilahnya ya?)
MM,
Kamu juga termasuk salah satunya, yang spesial. Meskipun sejujurnya "si tangguh" sudah terlebih dahulu menempati ruang asa-ku dan space pikir-ku. Ia steady dan tahu bagaimana cara menarik minatku dan bertahan di memori terdalamku.
Dan yang pasti, Ia tak pernah ngamuk ketika aku buka casing-nya. Bahkan ketika aku hempas atau tak sengaja terlempar ke dinding pun Ia tetap keras kepala tak mau padam.
Sayangnya, Ia kurang bisa menjaga warna ketangguhan ketika kamu membesar. Entahlah apa sebab utamanya, aku tak sanggup mencari tahu, sangat disesalkan.
Aku bukan satu-satunya orang kecil yang rindu padanya, masih banyak yang lainnya. Ia tetap nongkrong di hatiku dan kami. All time fav. Kenangan indah tak bisa dibeli lho.
("ja sym" juga bikin gemas. Itu menurutku lho ya. Kamu juga kah?)
Ah sudahlah, kamu pun tak kurang hebatnya, termasuk hebat harganya, hihi, mahal banget sih kamu. Ganti LCD/dll pun kayak beli baru. Gara-gara aku tak sengaja menyenggol, lalu kamu gubrak jatuh ke lantai. Belum lagi ketika salah setting, jadinya kubiarkan terbuka saja. Capek kalau dituruti. Orang mau intip ya silakan intai saja. Uhuk.
Jadi, kini aku tak berani mengoprekmu lebih dalam, takut tak balik modal. Kalau beli baru model lain? Aduh jangan dulu lah ya. Biarin deh masih versi jadul. Pengiritan niiih. Mendingan aku obrak-abrik hal lain sambil nabung seperti ilustrasiku di atas.
(Oh, ada opsi lain biar bisa "cepat gaul", beli yang...... apa ya? No comment ahhh.)
MM,
Aku bukan tipe perusak reputasi, aku hanya ceriwis, hah ah sama saja menyebalkannya ya? Maaf deh, aku awam, non-expert. Harap maklum.
Jangan lupa; Aku juga mengasihimu. Lovely MM. Terima kasih.
• • • • • • • • • • •
Berasa tak terasa (For now)
Bila dianggap aku ini pengecam,
Baiklah, ini aku tunjukkan kecam terpedasku,
Bagaimana? Cukup mengecamkan kah?
Bila dianggap aku ini pembodoh,
Baiklah, ini aku tunjukkan bodoh terbesarku,
Bagaimana? Cukup membodohkan kah?
Bila dianggap aku pengkhayal,
Baiklah, ini aku tunjukkan daya khayal terdahsyatku,
Bagaimana? Cukup mengkhayalkan kah?
Bila dianggap aku pendusta,
Baiklah, ini aku tunjukkan dusta tergilaku,
Bagaimana? Cukup mendustakan kah?
Bila dianggap aku perusuh,
Baiklah, ini aku tunjukkan rusuh terparahku,
Bagaimana? Cukup merusuhkan kah?
Bila dianggap aku pencela,
Baiklah, ini aku tunjukkan cela teranehku,
Bagaimana? Cukup mencelakan kah?
Bila dianggap aku perasa,
Baiklah, ini aku tunjukkan rasa terdalamku,
Bagaimana? Cukup merasakan kah?
Bila dianggap aku telah mati,
Baiklah, ini aku tunjukkan mati-matianku,
Bagaimana? Cukup mematikan kah?
Belakangan ini aku kerap menggunakan kata "Mati",
Benarkah itu pertanda aku akan "Mati"?
Bagaimana jika benar aku "Mati"?
Bisakah hidup membangkitkan aku dari "Mati"?
Bukan cuma aku, tapi juga kamu dan kau,
Bayangkan.. "Mati dan Rasa" .. Masihkah kita bernyawa?
Bisa saja masih ada, namun pasti akan kau cabut
Bagiku cukup mengerikan bila itu terjadi
Betapa rasanya aku takut, tapi rasa juga butuh logika
Benar, itu yang aku butuh, untuk saat ini
Boleh kau tantang, curang, dan hilang
Biar saja, aku pantang lintang-pukang
But.. Tetapi..
Bila sengaja terus memancing hina demi mengusirku
Baiklah, aku coba untuk mencari suaka di taman yang lain
Berharap kamu dan kau dapat bersabar
Belum dapat ku penuhi di ketika ini
Bukan karena tak sadar diri, tidak, bukan itu..
Baru saja aku tapaki setengah jalan yang sebenar
Binarnya telah tampak
Bias pun telah sirna
Berakit-rakit sudah ku lakukan
Berenang ke tepian pasti akan ku jajal jua
Bongkar selubung hitam tersembunyi
Balik badankan selubung putih ini
Bersamanya aku selubung yang ku daki
Besok kita lanjutkan lagi
Bebas Tak Bablas
• • • • • • • • • • •
^❤^
Thanks For Stopin' By My Blog
Kategori:
Prosa-Puisiku