Kala Wanita kau anggap tuna
Kala Gadis kau bilang penguras
Kala Cewek kau yakini penjaja
Kala Puteri kau tuduh pengantri
Kala Nona kau sangka nyonya
Yang asli kau kira palsu
Yang 'lain' kau hina aspal
Yang liar kau tuding mengobral
Apa kau waras?
Kau kata; "Oh, wajahmu kusam, pasti tak pernah ibadah!"
Kau kata; "Oh, bibirmu merah legam, pasti pengisap asap!"
Kau kata; "Oh, kulitmu kering, pasti tak punya losion!"
Kau kata; "Oh, badanmu ceking, pasti pemakai candu!"
Kau kata; "Oh, tubuhmu ada tato, pasti bukan baik-baik!"
Kau kata; "Oh, matamu gelap, pasti pelanggan kelab!"
Kau kata; "Oh, pakaianmu, rambutmu, auramu, datar saja tak berseri!"
Kau itu ahli kosmetik atau pakar jiwa?
Usia, Rupa, Gaya, Level, menjadi standar penjurianmu
Muda itu gairah
Tua itu pengarah
Mulus itu pesona
Tergores itu gulana
Sesempit itu kah kau?
Kau sapa Betina saat kau marah
Kau panggil Bunga saat kau merona
Kau sebut Babu saat kau mengigau
Mulut bau siap meludah
Tangan kotor siap melayang
Kaki busuk siap menerajang
Bambu rotan siap menyebat
Pecundang kah kau?
Mendapati kembang manis bersari madu
Langsung digapai genggam ke tangan
Tak peduli anak orang sedang mekar
Sigap mengarahkan ke lembah maksiat
Lantas tinggalkannya di jurang sunyi
Hancur layu pilu terkembar trauma
Tanpa pamit tanpa permisi
Perampas lari pergi terbiri-birit masuk ke parit
Binatang kah kau?
Kau diskusikan kemolekan yang kau bongkar dan umbar
Ada decak, Ada cibir, Ada serapah, Ada sengir
Kau olok lekuk liuk yang telah tampak gusar
Aneh saja itu puncak kepuasanmu yang samar
Kau jatuhkan siapapun yang beda tujuanmu
Kau tusuk pribadi semua yang didepan dan belakangmu
Kau sendiri justru tak pikirkan apa yang telah ada padamu
Seolah orang lain yang tak dapat terima saranmu
Padahal kau yang tak sanggup terbuka untuk cari solusimu
Mana kodratmu sebagai penuntun?
Mana kejantananmu sebagai pelindung?
Mana kebijaksanaanmu sebagai pengayom?
Mana kesenioranmu sebagai pembimbing?
Mana?
Rasanya tak menyesal bila kini terpaksa terus hindari dan jauhi tentangmu
Bila kau ingin kami menuntun dan melindungi diri kami sendiri
Tentu saja kami sudah melakukannya
Siti Hawa tercipta dari tulang rusuk Nabi Adam
Untuk saling mencintai, saling mengisi, saling menemani, dan saling menjaga sampai ke akhir hayat
Jadi jangan kau sekehendak bibir dan jemarimu menginjak-rendahkan kami
Kami Hawa bukan sasaran empuk pelampiasan hawa panasmu atau hawa dinginmu termasuk hawa nafsu sesuatumu
Kami pun mampu berdikari tanpa harus tersenggol oleh meriahnya lampu gedung mengkilapmu
Obsesi, semua orang punya
Ambisi, pun juga begitu
Hanya sedikit berbeda pada kadar keemasannya
Penyendiri, setiap insan ada kecendrungan
Berbaur, tidak selamanya mesti begitu
Hanya perlu bijak memilah dan memilih cara terbaiknya
Rancu kalau terlalu sering menghakimi berpandu ciri judge-mental
Stereotip kerap bermula dari prasangka
Lalu prasangka bermakna anggapan kurang baik yang belum tepat
Bukankah lebih elok berbaik sangka tanpa mengedepankan prasangka
Mungkin sulit ya?
*Secuil, setitik, senoda, selalu ada penyebab dan kemudian terukir makna sebenar di balik kokohnya prinsip.*
Sekali lagi, tolong berhentilah mendiskreditkan & meremehkan kaum hawa
Berilah kami kebebasan dan keleluasan memilih cara terbaik untuk membahagiakan diri sendiri dan juga kamu
Niscaya kami pun pasti akan memberikan penghargaan terindah melebihi dari apa yang pernah kamu harapkan
Emansipasi - atau - Bekerja, di kantor, di rumah, full-time/part-time, ataupun menyukai bidang gagah beraroma kelelakian seperti "mesin, menjelajah, dsb." tidak akan membuat kami lupa pada tanggung jawab - pada keluarga, pada dapur, dan pada meja rias
Yakini itu, oke? .. please.
~~♡~~
(Kau takkan pernah tahu betapa aku terus nangis meringis dan introspeksi setiap kali kutangkap gelombang sinismu. Kau yang mulai. Terus dan terus.!)
Thanks For Stopin' By My Blog
Kategori:
Girl-Power,
Prosa-Puisiku