Maafkan Aku, Dear
Please
Maafkan aku
Kemarin aku tidak di situ
Sehingga tak dapat ku jumpai dirimu
Bukan maksudku untuk menghindarimu
Sungguh aku senang atas kunjunganmu
Namun mungkin belum waktunya kita mengulang temu
Sebelum ini ku 'tlah kabarkan tentang kisah-kisahku
Bahwa aku juga pernah dirundung pilu
Itu semua nyata bukan sekadar semu
Memang seiras dengan kisahmu
Sudah ku dapati sesuatu yang menyadarkanku
Ku anggap itu sebagai sebab dan akibat dari karmamu
Mungkin kita impas meskipun aku tak suka istilah itu
Kala itu kau kecewa, karena tak dapat bersua denganku
Kali ini aku kecewa, ada yang terus saja aktif mengejekku
Pabila seseorang tertawa saat kita dibuat malu
Belum tentu lain hari ia tidak kena tegur oleh hal itu
Kau harus sadari bahwa perjuanganmu pun akan berujung jitu
Ku yakini itu sepenuh hatiku
Dulu kita berada di asyiknya kebersamaan
Kenangan sewaktu bocah yang penuh dengan debaran
Kini kita sepakat menikmati indahnya persahabatan
Aku pun sayang kamu sebagai sosok itu
Semoga di masa nanti kita kembali bertemu
Berbagi cerita berbagi ilmu
Amin.
~~●•●~~~~●•●~~~~●•●~~~~●•●~~
Maafkan Aku, Memang Dilema
Ya, pencarian, ini tentang bagaimana aku mencarinya
Namun, bukan dilema yang kerap ada bukan mengada-ada
Ya, kesepian, meski berada ditengah riuhnya dunia
Namun, bukan berarti mati oleh sakitnya kekosongan jiwa
Ya, memendam, meski banyak telinga yang sedia mendengarkan
Namun, bukan berarti harus membebankan duka ditiap waktu
Ya, menangis, meski bahu-bahu lembut itu setia ada di sana
Namun, bukan berarti mesti manja bersandar padanya setiap masa
Ya, terkungkung, meski terbuka jalan dan arah bahagia penuh suka
Namun, bukan berarti mulus tanpa pagar duri yang siap mencabik cita
Ya, itulah keadaannya
Ketika ku coba menerima keterbatasan tanpa putus asanya
Ketika ku terima semua yang tak terbatas sesuai kodratnya
Ketika ku batasi ruang gerak topan liar yang 'tlah kehilangan arahnya
Ketika ku arahkan yang fana menyiksa agar kembali ke jalannya
Masih saja yang utama adalah dilema
~~●•●~~~~●•●~~~~●•●~~~~●•●~~
Maafkan Aku, Terlalu bodoh
Kau tahu..... Kita punya garis perjalanan yang sama, aku senang mengetahui itu, meskipun kita tidak saling menyadarinya sampai di suatu ketika. Mungkin begitu.
Hal itu membuatku berubah terpukau padamu. Ada semangat hidup tersendiri di tengah kerumitan yang ku hadapi. Kau seolah menjadi penyelamatku.
Walau masih ada titik dan jarak perbedaan yang cukup getir antara kita, ku anggap itu bukan penghalang, kita pasti mampu menyatukannya.
Namun, semua keteguhanku itu hancur setelah ku lihat bahwa mungkin aku telah berlebihan terhadapmu. Ku pikir kita seiya. Ku kira ada sesuatu antara kita. Nyatanya, Aku salah rasa, setidaknya kurang tepat pada sasarannya.
Dan sepertinya ada banyak bayang-bayang lain di sana yang tak suka bila kita menyatu. Mungkin tertawa memandangi dan menginterupsi dinamika kita.
Jujur, aku jadi lebur, remuk, terbakar oleh cemburu atau apalah istilahnya.
Tetapi aku hanya mampu terus menikmati hariku, menikmati kegiatan kesukaanku, sambil terus ku sembunyikan gulana hati. Cuma itu yang ku bisa.
Berhasilkah itu? Hhh, ya tentu. Tetapi tetap saja, lama-kelamaan ianya membludak, aku tak kuat lagi. Ini terlalu menyakitkan.
Maka dari itu, ku putuskan untuk....... berhenti menyayat hatiku sendiri, luka hati tak akan hilang jika terus menyimpan bayangmu di dalam sana.
Ku akan terus berusaha keras agar kau hilang dari hati pikiranku. Aku tak mau larut dan semakin sick sendiri.
Ya, Sedikit demi sedikit mulai ku terima kenyataan bahwa kau tak pernah menginginkanku. Tak mungkin kau suka padaku.
Atau mungkin.. Kau terlalu tinggi untuk ku gapai. Aku tak berani mengambil risiko terjatuh lebih keras jika aku terus bersikeras memanjat hingga ke puncakmu.
Ku harap kesalahpahaman dan kegeeran lugu itu bukan sekadar nafsu. Dan semoga segera sirna. Agar tiada lagi trauma yang 'kan menjelma.
Terima kasih atas bimbinganmu selama ini. Aku hargai itu sepenuh hatiku.
Ini khilafku, yang terlalu bodoh, tak dapat memahamimu dan tak mampu merangkulmu. Ku akui & Maaf. Hatiku, tulus padamu.
~~●•●~~~~●•●~~~~●•●~~~~●•●~~
Maafkan Aku, yang Kudet & Gaptek
Berkali-kali ku katakan bahwa dunia mereka bukan passion-ku. Meski aku masih sangat suka dengan mereka, bukan berarti aku masih tertarik untuk masuk kedalamnya sampai ke inti terdalamnya.
Jelajahi dan telusuri, banyak hal yang di dapat. Coba dan join ini dan itu. Terasa asyik, seru, penuh tantangan. Sekilas.
Mohon maaf jika ku harus lugas; Bagiku, dunia mereka itu kini sangat kaku dan sedikit lebih membosankan dibanding hal-hal lainnya. Semakin terasa mengambang. Kosong. Jenuh. Kenapa ya?
Entahlah;
Mungkin aku yang terlalu kecewa atas pola pikir materialistis yang makin kerap mereka pamerkan belakangan ini, menghilangkan jiwa menarik dari dunia kebanggaan mereka sendiri.
Atau mungkin karena para pakar ahli kekinian yang semakin silau oleh gemerlap hingga lupa pada takdir nuraninya, ngotot menggiring kemurnian daya pikir dan rasa manusia ke arah rancu.
Atau mungkin saja karena ini era praktis-politis yang kejam sekaligus lucu, menyambar siapa saja yang enggan menuruti, lantas kuliti sampai layu dan mati.
Atau...... ya itu tadi, mungkin memang dasarnya gairah sebenarku bukan di tempat mereka dan bukan bersama mereka. Mungkin juga itulah sebabnya, mereka benci aku yang sangat DUMB dan RECKLESS ini.
*Peace
Thanks For Stopin' By My Blog
Kategori:
Messages,
Prosa-Puisiku