"kualitas yang bagus berasal dari material yang bagus juga".. Betul. Namun itu tidak mutlak. Jika ada kemauan besar, apalagi ada bakat bawaan, apapun bisa disulap jadi indah dan bermutu, bahkan sangat berguna bagi banyak orang.
Tapi ya itu tadi, untuk yang masih pemula seperti saya, dan dengan tools seadanya, (Bukan yang komplet dan mahal), kemauan saja tidak cukup, bakat pun tak akan semakin tajam jika tidak diasah.
So, baiknya kita berlatih (Praktik) dengan lebih giat lagi. **Bukan berarti ngoyo/menekan diri lho ya, santai tapi serius saja.
Kira-kira bagian pembukanya ribet bolak-balik tidak? Mudah-mudahan tidak ^^
Sekarang yuk langsung saja kita senggol beberapa karya saya modal apa adanya tapi di upayakan jadi bagus. hihi ihih..;
Menggambar
(Pic.01)
Mencoba untuk "meniru gaya" Van Gogh.. Ternyata susah nyaaaa. :D
Mencoba untuk "meniru gaya" Van Gogh.. Ternyata susah nyaaaa. :D
(Misal) ada yang bilang:
"Widih? Kok tiru-meniru sih. Kamu tak punya ciri khas niii, plagiat, penjiplak ea?"
Saya jawab:
"Apaan sih! Enggak gitu juga kali Mas/Mbak...... Jangan mudah nuduh ah. Ada kriteria/parameter fatal nan akut yang akan menentukan seseorang atau suatu karya itu adalah pencurian atau tidak. Sadur dengan jiplak itu beda, kan. Copas nyolong dengan Copy paste yang memang wajib juga lain. Referensi legal/ilegal pun berbeda. Inspired (Terinspirasi gaya/spirit) lebih beda lagi. Ngono lhoooo. Tul tak?"
More: Ngobrol dengan Bayang-bayang Tanpa WAR Koar
^^
Oke, Pic.01, ada dua buku sketsa baru saya. Pertama, ukuran A5, sekilas terlihat seperti tablet kan? Ehehe. Itu gelas berisi jus mangga, latar belakangnya itu lho yang saya maksud "gaya" baru saya.
Teknik "blend" yang saya gunakan masih tetap nyeleneh Dear. Coloring pakai pencil warna, campur krayon, lalu di haluskan dengan "baby oil, bukan air" pakai cotton bads. (Yang pro pakai kuas khusus lho. Terlebih jika gambarnya besar.)
Yup, buku yang satunya lagi, di cover buku ada karya dan deskripsi ini:
Vincent Van Gogh (1853 - 1890), a village in the Netherlands born in the family pastor. Post-impressionist, he is one of the three great masters.Van Gogh merupakan salah satu dari tiga master seni lukis (post-impresionist) terbaik dunia. Yang dua lagi siapa hayo? .. Cari sendiri yaaaaaa. Salah satu sumber yang bisa kita baca: Post-Impressionism >> https://en.wikipedia.org/wiki/Post-Impressionism
"If people can really love each other in good faith, it will be eternal life"
~☆~
Kembali ke pembahasan utama. Drawing, my favorite activity.
Pada postingan 'perbedaan menggambar dan melukis', kita dapat lihat bahwa perbedaan menyoloknya ada pada medium dan kemudian hasilnya.
Dipostingan itu jelas saya katakan bahwa saya belum mampu menggunakan kuas & kanvas. That's true. -Next time saya akan coba painting. Moga tercapai- ^.^
Jadi untuk saat-saat ini, saya masih menggambar dengan alat standar, yaitu pensil, pensil warna, pena, spidol, sesekali krayon, masih brand standar juga.
Ini harus diperjelas lagi, supaya tidak ada yang salah persepsi terhadap saya seperti biasanya. Maksud saya alat dan merek biasa adalah yang terjangkau. Bukan berarti jelek lho ya.
Contoh: Faber-Castell yang memang mudah didapat, harga murah, hasil lumayan. Ada panduan penggunaan di kotaknya yang walau singkat tapi cukup bisa membantu. Yang lebih murah dari ini banyak juga.
Itu yang saya lakukan. Ada faktor ekonomi dan faktor kekurangtahuan juga, (kan autodidak), maka jadilah berkarya dengan apa yang dimampu terlebih dahulu.
Nanti, kalau kita sudah lebih luwes, bisa coba pewarna dengan level yang lebih tinggi, harganya agak lebih mahal tentunya. Mix medias juga bisa.
(Pewarna -gambar- >> ada classic colored pencils, watercolour pencils, crayons, oil pastels, ink markers, oil markers, pen/ballpoint, dan banyaaaakkk lagi)
Buku/Kertas khusus sketsa/gambar:
- Halus, untuk menggambar biasa.
- Agak kasar, untuk menggambar dengan teknik tertentu, misal: "blending (menyatukan/menyampur warna)".
- Kasar, untuk material tertentu, seperti pastel/oil.
- Warna kertas juga sering menentukan hasil yang lebih real dibanding putih.
- Hanya itu dasar yang tahu, maaf ya kalau terkesan lugu. ^_^
Termasuk kertas HVS/A4/F5/dst yang notabene sangat tipis. Yah memang fungsi utama kertas itu hanya untuk tinta cartridge dan/atau untuk orat-oret (sketsa) saja kan ya. ^^
Makanya kertas jenis itu mudah robek (koyak) kalau basah atau kalau kita kebanyakan menghapus. Selain itu, bisa bikin kertas bergelombang (tidak rata) kalau pewarnaannya terlalu tebal.
Anda bisa cek karya gambar lama saya, ada beberapa hasil akhir yang berombak. Jangan ketawa yo, saya menggambar tanpa niat jahat koookkk. (Apa hubungannya ya? Hehe)
Nah, selain kertas tipis begitu, seringnya saya pakai buku menggambar yang banyak di jual di warung atau minimarket. Hah? Anda tak tahu yang mana satu? Itu lho Dear, yang untuk anak sekolah. Murah meriah. Tapi kertasnya lebih tebal dikit.
Ini, Pic.02, hasil terbaru, gambar saya di Drawing Book.
(Pic.02)
Kipas Wangi nan Berduri. :D
Kipas Wangi nan Berduri. :D
"Kipas" itu termasuk gambar saya yang tersimpel. Bila dibandingkan dengan karya-karya lama saya, agak jauh beda nih konsepnya. Meski nyatanya konsep gambar lama saya pun sering campur-aduk alias gado-gado alias 'tak jelas, walau sebetulnya jelas'. -Muter-muter maning- #Damai ^^
Contohnya: Colorful Draws - Gambar Indah ~ Full Warna-Warni
Ehem, sekarang genre Realistic/Hyperrealistic kembali (tepatnya semakin) booming yah. Plus dengan sentuhan 3D yang lebih kentara. Jadinya sangat kekinian.
Oh, ngomong-ngomong soal 3D, pada postingan Studying Multimedia - Begini Rupanya, Sangat Menyenangkan, ada ilustrasi kami yang menyebut desain 2D, 3D, 4D, dst. Kan?
Mungkin anda bilang: "Apaan 4D? Ngarang aja." ...... Gitu?.. Hmmm, Itu ilustrasi lho Dear, paham maksudnya kan Dear? .. ihihiy, maaf, kami newbie, #Peace.
~ kedepannya saya akan cicil (sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit) peralatan yang diatas standar. Lagi cari toko art yang lengkap dan toko online terpercaya yang lengkap juga.. cuci mata dulu aahh ^^ ~
Tambahan:
Boleh juga belajar dasarnya dari YouTube, langsung cari di kotak pencariannya saja ya.
Yang pemula seperti saya, langsung ketik: "no time lapse drawing", "narrated drawing tutorial", "how to draw with colored pencil", mau yang lukis tinggal ganti 'painting', dan sebagainya. Keren-keren lho.
Enjoy ;)
Memasak
(Pic.03)
Kornet Telur ala Pedas. :D
Kornet Telur ala Pedas. :D
Yup, bukan hanya aktivitas menggambar saja yang perlu krativitas. Memasak juga. Soalnya nih, makanan dan gambar kan sama-sama hal subjektif. Tergantung selera dan rasa kesukaan. Bila tak suka ya tak usah di makan, kalau dipaksa malah sakit (hati) pula nantinya :D
Ow ow ow, tetep ajah... kalau tak mau, tak sudi, tak suka, bukan berarti boleh menghina seenak sekena sekehendak esmosi. Yes?
Terus, ketika kita jemu sama menu yang itu-itu saja, pasti kita akan cari yang lain dari yang lain. Sekaligus unik nan lezat. ^^
Bagi kita yang memang hobi masak sendiri, (bukan cuma ngarep restoran), yang pertama kita lakukan adalah mencari resep baru. Entah itu di buku, koran/tabloid, televisi, atau di Internet. Setelah itu mulai cari bahan dan coba deh resepnya.
Namun, adakalanya hasil dari resep baru yang kita coba itu tidak sesuai dengan harapan kita. Atau tidak sesuai dengan yang digambarkan oleh si pemberi resep.
Apakah itu artinya sumber resep masakan itu ngawur? TIDAK!
Saya beri contoh, Resep kue kering. Semua resep kue akan punya pola bahan utama yang sama. Takaran per bahan dan cara membuatnya juga hampir mirip semua. Lalu mengapa hasilnya sering berbeda? Bentuk dan rasanya?
Jawabannya ya ada pada bahan dan caranya tadi. (Kok kayak setrikaan? Maju-mundur?) :D
Ini Dear, ada di postingan lama saya, bisa anda baca panduannya di:
Ada kaidah dan teknik dasar yang harus diikuti. (Terutama untuk pemula seperti saya). Misal: Mengocok telur dan mentega jangan terlalu lama, saat mencetak jangan terlalu ditekan-tekan, dan beberapa lagi, ada di link-link itu ya.
Ambil poin-poin yang terpenting, selebihnya bebas berkreasi Dear. (Yup, diawal-awal sering gagal tak apa lah ya, belajar.) Lanjut. Manalah tahu bisa jadi bisnis masa depan. ^^
Nah itu kalau masakan yang memang butuh bahan dan teknis tertentu. Kalau masakan biasa, apa butuh kreatif juga? Iya dong.
Pic.03 itu adalah masakan darurat saya, hihihi. Sudah lapar tak tertahankan, yang ada hanya Corned Beef. Langsung saja siapkan bahan tambahan yang memang selalu stand by, setia menunggu dan mengharapkan kita masuk dapur lagi. Hahay
Yaaaa.... Iris cabe, bawang merah, bawang putih. Lalu Tumis. Masukkan kornet, aduk. Tambahkan telur agar terasa lemak legit. Tambah air sedikit untuk melarutkan garam dan penyedap lainnya. Selesai. Tinggal disantap.
Sangat sama dengan ResepMudah: Sosis Ayam Tumis Telur Orak Arik Praktis .. Yumm yumm ^.^
(Pic.04)
Niatnya ingin "realistis", hasilnya kok agak "mistis" ya? :D
Niatnya ingin "realistis", hasilnya kok agak "mistis" ya? :D
Niatnya ingin "tiga dimensi", hasilnya kok malah "dimensi lain"? :D
Yuuuhuuu, lagi-lagi saya menyangkut-pautkan satu hobi ke hobi utama. Karya gambar saya bertema makanan. Kali ini buah dulu deh. Mengingat itu yang termudah.
Saya memang hampir tak pernah alias jarang menggambar tema itu sejak aktif di awal 2000an. Waktu kecil sih iya, (Bunga, Buah-buahan, Sayuran), tapi ya gitu deh, karya sambil lalu dan datar-datar saja. Anak kecil sukanya main-main toh? Jadi, gambar waktu itu entah kemana. Sedih.
Sekarang coba lagi. Itu di Pic.04, saya coba merealisasikan imajinasi saya ditambah dengan referensi dari pewangi ruangan dan botol juice.
Hasilnya ya seperti di caption, makanya saya tak berani menyebut merek referensinya. Malu-maluin aja ntar, eh, no, saya tetap bangga sama karya saya kok, wihiii ;D
(*Kalau hasilnya lebih bagus dari itu sih pasti saya sebutkan tuh mereknya, biar sekalian apresiasi produk mantap.)
Menjahit
(Pic.05)
Ini Sulam-Menyulam, bukan Selam-Menyelam. :D
Ini Sulam-Menyulam, bukan Selam-Menyelam. :D
Seperti halnya menggambar dan memasak, satu lagi kreasi yang juga berpeluang besar jadi bisnis langgeng adalah jahit-menjahit. (bukan jahat-penjahat, itu evil, ugh)
Ya, kemampuan Menjahit juga bisa kita pelajari secara mandiri, maksudnya tanpa kursus atau sekolah khusus. Kan dalam pengaplikasian sehari-hari hanya untuk keadaan tertentu, misalnya untuk memperbaiki pakaian yang robek, betulin kancing, memendekkan lengan baju atau celana, dan yang semacam itu.
Bisa dengan tangan kok, tanpa mesin. Tapi.... eng ing eng.. Kalau mau lebih efektif ya bagusnya beli mesin jahit.
Selain itu, kita bisa berkreasi lebih dan produktif. Sekarang banyak mesin jahit listrik yang sudah murah. Yang model lama alias tenaga kaki (:D) lebih murah lagi.
Produk baru atau seken (2nd), tetap oye, lihat isi dompet sebelum membeli, xixixi.
Pada tingkatan atas, barulah kita luangkan waktu untuk kursus. Biar bisa menambah keahlian membuat pola, obras, atau sekalian deh belajar desain.
Meskipun sebetulnya hal-hal itu bisa kita dapatkan dari majalah tertentu sih, tinggal koneksikan mata-pikiran-tangankaki. Tergantung kemauan kita juga.
Kalau getol, bisa jadi 'home industry'........ (Artinya apa tu Dear?)..
Oh industri rumahan ya? Betul atau tidak, pokoknya Good good. Cocok nih untuk para ibu rumah tangga yang tidak diizinkan bekerja full time sama suaminya. Ayo ibu-ibu, cemungut ea ^_^
(Pic.06)
Kala motif kain pindah ke kertas. :D
Kala motif kain pindah ke kertas. :D
Lihat lihat lihat, metode menggambar aliran baru ala saya. "Paper Inks Sewing" (penamaan 'istilah' yang maksa banget :D). Tapi bisa, kan?
Setidaknya kita berusaha menghasilkan sesuatu yang berbeda tanpa menciderai 3N (Nalar, Naluri, Nurani). Yeiyeaa.
Yak, Pic.06 itu terdapat beberapa jenis/cara dasar menjahit. Ada tusuk jelujur, som, zigzag, rantai. Referensinya dari motif gorden/tirai jendela, hehe.
Kalau Pic.05, itu fun, menyulam di kain flanel, bingkainya pakai stik es krim. Tambah manik juga. Contoh lainnya:
Oh, saya juga suka mengombinasikan poin ini dengan crafting, kerajinan perca dan flanel, membuat aksesoris imut, bahan tambahan ada manik-manik, keychain, peniti bros, ini bahkan sudah mulai jadi bisnis sampingan saya lho, hehe. Kecil-kecilan, berharap bisa menjadi besar kedepannya. Amin ..... ^_^
Another Handmade Salah satu dagangan saya ^.^ |
Bonus: Memotret - Fotografi
(Pic.07)
Lonely Sparrow vs Hungry Eagle. :D
Lonely Sparrow vs Hungry Eagle. :D
Aduhai imutnya Burung gereja yang menyendiri itu. Sayangnya susah didekati, pasti langsung terbang. Bikin tambah gemas euy ;)
Nah kalau stiker Elang yang lagi "bercengkerama" sama ular di bagian kanan itu masuk ke kategori 'gahar', yeeee..... Lambang kegagahan tuh.
Dan, kaum hawa pun bisa garang juga kok. Tak cuma cerewet hampa, tapi mengomel bersamaan dengan hasil ditangan. Bukti omongan gitu loh. Asek.. huhuy.
Dua foto itu saya capture dengan kamera digital, belum yang pro-cam/DSLR. Namun kali ini lebih canggih dari biasanya yang saya punya, doeloe-doeloe hanya pakai kamera ponsel atau kamera saku digital. Maklum, ada keterbatasan dibalik keleluasaan. :D
Satu hal yang tak boleh kita lupa, fotografi adalah salah satu seni yang unik. Manteb dah. Pada perjalanannya ada banyak kontroversi juga.
Ada satu foto saya yang mungkin dianggap editan, bentuknya tak original, bukan jepretan. Padahal suer itu asli, saya cuma editing seadanya.
Ini: Ketika Gambar Ilustrasi-ku Bertemu Puisi-ku. Ada 3 gambar. Namun yang saya maksud adalah gambar terakhir. Foto awan itu lho.
Bagi yang sudah jago fotografi beserta program digitalnya, pasti tahu mana yang asli, mana yang berlebihan, mana yang pas (masih bisa dimaklumi).
Bagi yang awam seperti saya, bisa periksa dengan cara ringan kok. Diawali dengan periksa properties, lalu cek dengan software biasa doang, nanti akan terlihat.
Caranya gimana? Tanya mbah google saja ya.
Jiaaah, kok malah ngelempar ke situ pula?.. Iya sorry deh, ini kan bukan postingan tutorial -how to-, jadi terpaksa saya alihkan.
(Padahal karena sedang malas jadi tutor.... Nanti malah sotoy pula, gubrak kalau dimarahin. Rasanya saya sudah tak sanggup lagi menghadapinya. #Lebay agghhh :D)
Skip ke image berikutnya;
(Pic.08)
Keliru menempatkan ide nih,,,, hasilnya jadi agak butek (kumal) deh tu. :D
Keliru menempatkan ide nih,,,, hasilnya jadi agak butek (kumal) deh tu. :D
Pic.08 ini merupakan refleksi (pantulan; cerminan; gambaran;) dari foto kanan, Pic.07.
Lagi-lagi dan lagi-lagi saya tuang di kertas. Tapi terlalu melenceng, mosok Elangnya kayak mau makan pucuk daun di pohon.
Wow Surrealism? Ah jauh lah, itu mah aliran keren, saya belum sampai ke situ. Someday yes ^^
Oh iya, dalam seni gambar/lukis, ada juga istilah Photorealistic/Photorealism yang merupakan salah satu bagian dari seni dimana sang artis menjadikan photograph/potret sebagai acuan utama.
Selalunya main view yang dihasilkan memang sesuai dengan penampakan aslinya (Real - nyata) secara detail apa adanya. Baik itu foto orang, foto pemandangan, foto benda, maupun foto acak lainnya.
Sekilas terdengar mudah ya?
"Oh cuma nyontek foto toh, gampang lah itu"
NO! you wrong dear, ini sulitnya minta ampun lho.
Sangat jauh berbeda dengan "scan gambar/fotocopy/copas" yang bisa menghasilkan duplikat hanya dengan satu tombol.
Pada aliran realisme (fotorealis atau hyperrealis) ini, butuh kejelian super agar bisa benar-benar mirip dengan referensinya. Manual tangan lho.
(minim atau jarang ada unsur pengembangan imajinasi seperti semua karya gambar gado-gado saya itu dear. Karya saya lebih mudah, soalnya sesuka saya sih, masih belum masuk aliran yang benar-benar khusus.)
Hayo, maka dari itu lah kita harus belajar lebih lagi sebelum mencaci orang lain maupun karya orang lain. uhuy.!
~☆~
Ya, banyak yang bisa kita pilih untuk berkreasi dengan kreatif -sesuai kemampuan- .. Peningkatannya bisa dilakukan seiring waktu dan usaha.
Terlebih bila kita termasuk 'pekerja' independen, kita bisa lebih bebas mengekspresikan passion, sekalipun dengan tools yang kurang memadai, tetap jalan terus.
Ada beberapa karya fotografi sederhana saya: 13 (App-Arts) Effects dan Fotografi Sederhana - Asalkan Tulus, Pasti Maknyus .. Hanya dengan kamera hape, dan sedikit edit dengan aplikasi ponsel, jadilah hasil akhirnya seperti itu.
Sekali lagi, tidak selamanya penggunaan alat atau aplikasi mobile/web canggih akan menentukan baik-tidaknya suatu hasil jepretan. Soalnya, banyak karya foto bagus yang dihasilkan hanya dengan kamera biasa dan tanpa ada unsur editing. (Serius, banyak lho)
Yup, apapun dan bagaimanapun, saya tetap naksir sama karya saya sendiri.
Sebab, saya tahu betul betapa penuh tantangannya berkarya dengan material 'ngepas-pasan', dan saya sering pontang-panting serta kehausan saat bertualang merekam ojek eehhh maksud saya mengabadikan objek indah itu.
Hasil kerja sendiri memang terasa lebih nikmat. Kalau narsis dikit, boleh lah ya. :D
~☆~
Kalau kita sudah memasukkan passion itu ke ranah "profesional", maka mau tidak mau kita juga harus "cepat" membenahi teknik dan segala keperluan kreasi dengan lebih terstruktur. (bahasa-nya berat yah :D)
Saya lihat, "Professional" bisa tertuju pada dua arah:
Apalagi di Era ini, promosi tidak begitu sulit. Manfaatkanlah kemajuan itu sebaik mungkin.
Tetap lho, jangan lupa untuk menyeimbangkannya dengan karya yang tidak "asal sebar", kualitas masih penting, right?
Saya juga sedang memperbaiki kemampuan dan keahlian, biar bisa pamer(an) karya dengan lebih pasti. Hihi. Amin ♡ ^.^
Itu pula sebabnya, para master bukanlah sembarangan master. Mereka sudah ditempa dengan ujian ini itu begini begitu, penolakan sana sini, latihan lagi, cari modal lagi, ulang lagi, sampai berhasil. (Ini tidak bicara soal 'master akademis' ya).
~☆~
Kembali ke pembuka point pertama nun jauh di atas sana. Jiplak-menjiplak di hal-hal di post ini juga punya konteks. Kita kan orang/pengguna biasa, harus tahu diri menggunakan konten orang.
Sama juga seperti aturan penggunaan logo perusahaan bergengsi yang memang terkenal sangar. Tanpa kontrak kerjasama tertulis hitam diatas putih seperti para media besar itu, kalau kita salah dikit saja, udah deh, habis.
Sebisa mungkin kita cari aman untuk hal beginian. Ikuti aturannya. Tapi kalau masih saja kita dimarahi, ya tinggal bilang: "Lho, yang lain banyak lebih parah, kenapa tidak diproses? Kami yang cuma begini kok tak boleh? Padahal sama-sama pengguna biasa, kenapa tu?"
Dijamin, protes kita itu bakalan dicuekin sama pihak-pihak tersebut. Wkwkwk. #Eh, stop ngakak. Ini serius.
Intinya: Ya sudah, berhenti macem-macem, biar tidak was-was, dan kita tidak tergoda untuk menggunakan logo/bagian produk mereka kembali. Eeeiitttss, bukan bermakna kita 'benci', tapi sadar diri. Gitu lho.
(Bersyukur bahwa saya masih keras kepala untuk hanya mempublikasi hal-hal yang penting-penting saja.) Protes dan kritis tak usah terlalu neko-neko deh ya. Learning. ^^
~☆~
Thanks lagi untuk orang-orang spesial yang selalu mendampingi saya dalam suka dan duka.
Semoga sukses untuk kita semua. ♥
^.^
Ya, banyak yang bisa kita pilih untuk berkreasi dengan kreatif -sesuai kemampuan- .. Peningkatannya bisa dilakukan seiring waktu dan usaha.
Terlebih bila kita termasuk 'pekerja' independen, kita bisa lebih bebas mengekspresikan passion, sekalipun dengan tools yang kurang memadai, tetap jalan terus.
Ada beberapa karya fotografi sederhana saya: 13 (App-Arts) Effects dan Fotografi Sederhana - Asalkan Tulus, Pasti Maknyus .. Hanya dengan kamera hape, dan sedikit edit dengan aplikasi ponsel, jadilah hasil akhirnya seperti itu.
Sekali lagi, tidak selamanya penggunaan alat atau aplikasi mobile/web canggih akan menentukan baik-tidaknya suatu hasil jepretan. Soalnya, banyak karya foto bagus yang dihasilkan hanya dengan kamera biasa dan tanpa ada unsur editing. (Serius, banyak lho)
Yup, apapun dan bagaimanapun, saya tetap naksir sama karya saya sendiri.
Sebab, saya tahu betul betapa penuh tantangannya berkarya dengan material 'ngepas-pasan', dan saya sering pontang-panting serta kehausan saat bertualang merekam ojek eehhh maksud saya mengabadikan objek indah itu.
Hasil kerja sendiri memang terasa lebih nikmat. Kalau narsis dikit, boleh lah ya. :D
~☆~
Kalau kita sudah memasukkan passion itu ke ranah "profesional", maka mau tidak mau kita juga harus "cepat" membenahi teknik dan segala keperluan kreasi dengan lebih terstruktur. (bahasa-nya berat yah :D)
Saya lihat, "Professional" bisa tertuju pada dua arah:
- Profesional = Expert. Punya Integritas, hasil pun sudah mumpuni.
- Profesional = Komersil. Profesi atau demi jenjang yang lebih terukur. (Bukan demi kebebasan semata). Misalnya ikut kontes, cari/ingin banyak klien, atau kolaborasi dengan tim besar.
Apalagi di Era ini, promosi tidak begitu sulit. Manfaatkanlah kemajuan itu sebaik mungkin.
Tetap lho, jangan lupa untuk menyeimbangkannya dengan karya yang tidak "asal sebar", kualitas masih penting, right?
Artwork atau kerajinan buatan tangan/handmade lebih bernilai dan lebih mahal harganya. Itu hukum alam nyata. Sayangnya mulai agak terkikis alias berkurangan. Sedih sih. Namun bukan berarti kita tamat, tetaplah kedepankan keunikan sesuai passion terindah kita, pasti kita akan tetap menjadi yang terdepan.Simak ini Dears: Profesi, Profesional, Media, Gaptek
*Terkenal belum tentu 'profesional' lho. Baiknya kita populer karena kita profesional (punya karya bagus), sehingga kita akan disukai, dikagumi, sekaligus disegani, mantabz tu.. ^.^ ..
-Experiences never lies. Proses dulu yah, itulah kunci yang terkeren.- (Note: jangan sangkut pautkan ini ke "ranah pol***k" ya.. puyeng xixixi.. :D)
Saya juga sedang memperbaiki kemampuan dan keahlian, biar bisa pamer(an) karya dengan lebih pasti. Hihi. Amin ♡ ^.^
Itu pula sebabnya, para master bukanlah sembarangan master. Mereka sudah ditempa dengan ujian ini itu begini begitu, penolakan sana sini, latihan lagi, cari modal lagi, ulang lagi, sampai berhasil. (Ini tidak bicara soal 'master akademis' ya).
Knowledge dan Skill sama pentingnya, agar tidak terlalu monoton dan narrow (sempit). Pengalaman bertambah, kompetensi pun makin maknyus.Bahkan ada yang jadi legend (mastah) setelah meninggal dunia. Yah, memang kalau gigih dan tulus secara natural, mimpi itu tetap akan terwujud. Mengenai kapan dan dimananya, kita tak tahu.
~☆~
Contoh simpel pengecekan foto |
Kembali ke pembuka point pertama nun jauh di atas sana. Jiplak-menjiplak di hal-hal di post ini juga punya konteks. Kita kan orang/pengguna biasa, harus tahu diri menggunakan konten orang.
Sama juga seperti aturan penggunaan logo perusahaan bergengsi yang memang terkenal sangar. Tanpa kontrak kerjasama tertulis hitam diatas putih seperti para media besar itu, kalau kita salah dikit saja, udah deh, habis.
Sebisa mungkin kita cari aman untuk hal beginian. Ikuti aturannya. Tapi kalau masih saja kita dimarahi, ya tinggal bilang: "Lho, yang lain banyak lebih parah, kenapa tidak diproses? Kami yang cuma begini kok tak boleh? Padahal sama-sama pengguna biasa, kenapa tu?"
Dijamin, protes kita itu bakalan dicuekin sama pihak-pihak tersebut. Wkwkwk. #Eh, stop ngakak. Ini serius.
Intinya: Ya sudah, berhenti macem-macem, biar tidak was-was, dan kita tidak tergoda untuk menggunakan logo/bagian produk mereka kembali. Eeeiitttss, bukan bermakna kita 'benci', tapi sadar diri. Gitu lho.
(Bersyukur bahwa saya masih keras kepala untuk hanya mempublikasi hal-hal yang penting-penting saja.) Protes dan kritis tak usah terlalu neko-neko deh ya. Learning. ^^
~☆~
Thanks lagi untuk orang-orang spesial yang selalu mendampingi saya dalam suka dan duka.
Semoga sukses untuk kita semua. ♥
^.^
Thanks For Stopin' By My Blog
Kategori:
Cooking,
Fotografi,
Menggambar,
Seni-Tanganku